EMILY DICKINSON - SUYAT ASLAH

EMILY DICKINSON


 

Ia adalah penyair Amerika terkemuka abad ke 19 yang lahir pada 10 Desember 1830 dalam keluarga terpandang di Amherst, Massachusetts. Ayahnya bernama Edward Dickinson, aktif terlibat dalam politik negara bagian dan nasional, sementara ibunya bernama Emily Norcross Dickinson. Emily adalah anak ke dua dari tiga bersaudara, kakak laki-lakinya bernama Austin dan adik perempuannya bernama Lavinia. Keduanya adalah rekan intelektual Emily selama hidupnya.


Puisi-puisi Emily sangat dipengaruhi oleh penyair metafisik Inggris abad ke 17. Ia juga mengagumi puisi-puisi karya Robert dan Elisabeth Barret Browning, serta John Keats. Puisi-puisi Emily juga mencerminkan kehidupannya yang lebih sering menarik diri dari dunia luar, bahkan banyak yang bertema kematian dan kefanaan. Namun Emily sangat aktif dan teratur berkirim surat kepada temannya dan selalu menyertakan puisi dalam surat itu, meski malah lebih banyak menyimpan puisinya untuk dirinya sendiri. Saat awal usianya yang ke 30an, itu jadi periode menulis paling produktif dalam hidupnya. Namun hanya sekitar 10 dari hampir 1800 puisi yang diketahui telah diterbitkan seumur hidupnya. Dalam tulisannya sering juga dia menyelipkan humor dan sindiran untuk memperkuat makna yang dia maksudkan. Namun yang jadi sebuah ironi lagi adalah dia tak begitu terkenal sebagai penyair selama hidupnya, bahkan lebih dikenal sebagai tukang kebun yang berbakat.


Sajak-sajaknya dilihat eksperimental karena berbeda dengan peraturan bahasa yang biasa, misalnya dalam puisi tulisan tangannya ada berbagai tanda mirip garis dengan ukuran dan arah. Tulisannya juga sedikit dipengaruhi oleh himne abad ke 18 Ishak Watts. Emily juga pernah masuk akademi Amherst yang didirikan oleh kakeknya dari pihak sang ayah, kakeknya bernama Samuel Fowler Dickinson. Emily punya kemampuan hebat dalam komposisi dan telah diakui oleh guru serta siswanya.


Setelah menyelesaikan pendidikannya, Emily pernah hadir dalam Mount Holyoke Female Seminari di South Hadley. Ada yang menyebutnya hanya satu tahun di sana lalu keluar dengan alasan yang bermacam-macam, salah satunya Emily tidak suka suasana religius Evangelis, dan ada juga yang mengatakan keluarganya ingin dia pulang. Yang jelas dia pulang saat umurnya 18 tahun. 


Suatu ketika dia diperkenalkan pada William Wordsworth dan Ralp Waldo Emerson yang kelak cukup mempengaruhi puisi-puisi Emily. Ada yang mengatakan seseorang yang memperkenalkannya pada mereka adalah seorang pengacara muda, Benjamin Franklin Newton yang menjadi teman Emily sekaligus mentornya. Buku karya William Shakespeare, dan Jane Eyre karya Charlotte Bronte juga ikut mempengaruhinya.


Namun pada sekitar tahun 1850, beberapa orang terdekatnya meninggal dunia dan itu membuat Emily terpukul, salah satunya adalah Benjamin Franklin Newton yang menderita penyakit TBC. Sekitar tahun itu juga dia merawat ibunya yang terkena penyakit kronis. Lalu pada 1856 teman lamanya, Susan Gilbert menikahi kakak Emily, Austin. Setelah itu hubungan persahabatan mereka jadi lebih dekat dan jadi hubungan paling penting dalam hidupnya.


Pada 1866 produktivitas dalam menulisnya mulai menurun, dan pada tahun berikutnya kehidupannya yang tertutup itu jadi makin ekstrim menarik diri dari interaksi kehidupan luar. Kehidupannya begitu rumit dan makin rumit lagi saat hubungan Susan Gilbert dan kakaknya berantakan. 


Ayah Emily meninggal karena Stroke pada 1874. Sementara ibunya meninggal pada 1882. Pada 1885 kesehatan Emily sendiri menurun dan makin parah pada 1886. Hingga akhirnya meninggal pada 15 Mei 1886. Keterangan dokternya mengatakan Emily meninggal karena penyakit ginjal, dan dia dimakamkan di Amherst tanah keluarganya.



Source/eksternal link:

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Emily_Dickinson

https://www-britannica-com.translate.goog/biography/Emily-Dickinson?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

https://www-thoughtco-com.translate.goog/emily-dickinson-4772610?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Supriyatno Bagaikan sebutir benih yang terkubur di bawah tanah di musim sunyi

0 Response to "EMILY DICKINSON"

Post a Comment

Iklan

Iklan Tengah Artikel 1

ads

Iklan